Si Monyet dan Si Kancil
Si Monyet dan Si Kancil
a.
Anda bisa memakai buah-buahan sebagai alat peraga. Ketika
memperagakan buah dimakan oleh si Monyet, suruh anak untuk
memperagakannya.
b. Tokoh cerita ini adalah Si Monyet dan si Kancil. Anda dapat menceritakan juga ciri-ciri dan kelakuan dua hewan ini.
c.
Tirukan suara tawa kancil dan monyet dengan baik. Juga peragakan
kebiasaan-kebiasaannya. Tetapi jangan over, lakukan seperlunya untuk
mendukung cerita.
d.
Cerita ini memiliki arti yang ambigu. Adalah kecerobohan Monyet
karena rasa iri yang timbul. Jangan mudah diadu domba orang. Orang tua
harus hati-hati dalam mengarahkan pesan yang dikandungnya, jangan sampai
anak lebih menangkap kesan kelicikan Kancil.
Pada
suatu hari, seorang Petani yang sedang berjalan hendak pulang dari
ladangnya menemukan seekor Kancil yang tergeletak di bawah pohon. Kancil
tersebut ternyata pingsan karena membentur batang pohon ketika hendak
bersembunyi dari kejaran pemangsa.
“Lho
mengapa ada Kancil pingsan di sini?” Pak petani dengan perasaan heran
menghampiri dan kemudian mengangkat kancil itu dan di bawanya pulang ke
rumahnya. Di dalam rumahnya petani itu membaringkan kancil di atas
sebuah meja dan mengobati luka-lukanya.
Sehabis
memberikan pengobatan kepada kancil itu, kemudian Pak petani itu pun
meletakan beberapa buah pisang yang dipetiknya dari ladang dan beberapa
makanan lain seperti wortel, sayur-sayuran, dengan harapan apabila
kancil tadi siuman dia dapat menyantap makanan-makanan itu. kemudian
untuk selanjutnya Pak Petani itu pun keluar rumah dan mengunci rumahnya
itu, dimana di dalamnya ada kelinci yang terbaring pingsan tersebut. Pak
petani pergi ke tempat saudaranya untuk mengantarkan hasil kebun lain
yang juga dipetiknya dari ladang.
Selang
waktu beberapa lama, si Kancil pun siuman dari pingsannya. Dan ketika
dia mendapati dirinya berada di dalam rumah Pak petani yang terkunci itu
Kancil pun sangat ketakutan sekali, dia berlari-lari di dalam rumah itu
kesana-kemari. Dia berlari mencari pintu yang tidak terkunci agar dia
dapat keluar dari rumah itu. Namun sayang, sia-sia baginya untuk mencari
pintu yang tidak terkunci. Karena Pak petani mengunci semua pintu
rumahnya tanpa terkecuali. Di dalam kegelisahannya tersebut Kancil
merasa perutnya lapar sekali, dan seketika itu pula dia melihat ada
beberapa sisir pisang kesukaannya tergeletak di atas meja tempatnya tadi
berbaring. Tanpa pikir panjang Kancil pun mendekati meja tersebut dan
kemudian melahab habis pisang-pisang yang ada di atas meja tersebut.
Setelah
Pisang-pisang tersebut habis dilahabnya, iapun melirik pada
makanan-makanan lain yang memang tersedia di situ. Sebenarnya
pisang-pisang tadi belum memuaskan perut si Kancil. Tanpa pikr panjang
lagi iapun melahab juga makanan-makanan lainnya. Pada saat semua makanan
yang sengaja disediakan oleh petani untuk Kancil itu habis dimakan oleh
Kancil, akhirnya Kancil merasa takut kembali. Dia takut jangan-jangan
Pak Petani itu mengurungnya di dalam rumah, karena Pak Petani sedang
pergi ke pasar untuk membeli bumbu-bumbu untuk membumbui dirinya nanti
setelah dia di potong oleh Pak petani.
“Aduh...
Bagaimana ini! Aku harus bisa keluar dari tempat ini. Kalau tidak,
tamatlah riwayatku.” Batin si Kancil dengan rasa cemas yang luar biasa.
Lalu
si Kancilpun mencoba memutar otak mencari akal bagaimana caranya untuk
keluar dari rumah itu. Pada saat Kancil menengok keadaan di luar rumah
melalui jendela rumah itu, Kancil melihat ada seekor monyet sedang
bergelayutan di sebuah pohon rambutan. Monyet itu adalah peliharaan Pak
Petani tadi. Dan pada saat itulah terbersit ide dari pikiran Kancil.
Si Kancil pun memanggil monyet itu, “Nyet... monyet... monyet...!!!!”
Merasa
ada yang memanggil, si monyet pun celingukan mencari sumber suara yang
memanggilnya itu. Hingga akhirnya dia mendapati sumber suara itu dan
kemudian dia menghampirinya.
“Hai
ternyata engkau Kancil!” Dengan perasaan hewan monyet itu bertanya,
“mengapa engkau berada di dalam rumah, Kancil?” Rupanya si monyet tidak
tahu bahwa Kancil berada di dalam rumah karena di tolong oleh tuannya
karena pingsan menabrak sebuah pohon.
“ha..ha..ha..ha..
ternyata engkau belum tahu monyet mengapa aku berada di dalam rumah
tuanmu ini! Ha..ha..ha... sungguh terlalu kamu nyet... monyet!” Kancil
mulai melancarkan siasatnya.
“Lho... memangnya kenapa kamu ada di dalam rumah ini, cil?” tanya monyet dengan rasa ingin tahu.
“Begini
monyet, aku berada di dalam sini karena aku akan dijadikan anak angkat
tuanmu itu nyet... monyet. Aaaah... masa kamu belum tahu, nyet?!”
“Ah, yang benar saja. Apa benar apa yang engkau katakan itu cil?” Rupanya si monyet mulai terhasut oleh siasat si Kancil.
“Iya
benar itu, aku tidak berbohong. Tidak ada untungnya aku berbohong
kepadamu nyet...monyet. Seharusnya kamu malu dong sama aku, masa aku
yang baru saja datang sudah ingin diangkat oleh tuanmu itu, sedangkan
kamu yang sudah dipeliharanya bertahun-tahun boro-boro diangkat menjadi
anaknya, tidur di dalam rumahnya seperti aku ini pun tidak pernah.
Kasihan sekali kamu nyet... monyet.”
Monyet
pun terhasut atas apa yang dilontarkan oleh si Kancil tersebut, dan si
monyet pun terlihat menundukan kepalanya dan menangis. Sambil menangis
dia berkata, “Iya benar apa yang engkau katakan cil, aku sudah
bertahun-tahun mengabdi pada tuanku Pak petani itu. Dan aku selalu
membantunya dan menemaninya, walaupun tuanku itu baik padaku, mengapa
dia tega tidak mengangkatku sebagai anaknya, sedangkan engkau yang baru
saja datang di rumah ini langsung mau di angkat sebagai anaknya. Malang
benar nasibku ini cil..” Ujar si Monyet.
Melihat
calon korbannya sudah mulai akan masuk dalam perangkapnya, Kancil pun
segera mengompori si monyet, “Iya nyet.. coba engkau lihat di dalam
rumah ini. Disediakan banyak sekali makanan dan telah aku habiskan
semuanya, ada pisang, wortel-wortel segar dan berbagai sayuran.
Bayangkan betapa sayangnya tuanmu itu kepadaku. Sayangnya padaku
melebihi sayangnya padamu nyet, coba lihat kau hanya di beri beberapa
pisang saja, sedangkan aku... waaah, pokoknya ga adil itu tuanmu, Pak
petani!”
Monyet
pun semakin bersedih setelah Kancil melontarkan kata-kata seperti itu.
Dan, merasa korbannya telah masuk perangkap, pada saat itulah Kancil
mulai melancarkan siasatnya, “begini nyet, aku sebagai temanmu yang baik
tidak tega melihat keadaanmu seperti ini. Aku ada saran, bagaimana
sekiranya engkau menggantikan aku berada di dalam rumah ini.”
“Apa katamu cil, Aku akan menggantikan posisimu?” Tanya monyet dengan keheranan.
“Iya, nyet. Bagaimana?”
“Iya aku sih mau saja, tapi aku takut Pak petani nanti marah kepadaku!”
“Tidak
usah takut nyet, nanti biar aku yang akan bilang kepada tuanmu itu
bahwa engkaulah sebenarnya yang lebih pantas menjadi anak angkatnya
ketimbang aku. Dan aku yakin tuanmu itu akan mengerti dan memahami
maksudku itu!”
Dengan hati dan wajah dipenuhi rasa gembira, monyet itu pun mengangguk-agukan kepalanya tanda setuju.
“Tapi bagaimana caranya aku menggantikan posisimu itu, cil?”
“Oh,
itu mudah. Begini caranya tolong engkau bukakan pintu rumah yang
terkunci ini. Biarkan aku keluar dan berada di luar dan engkau berada di
dalam.”
“Oke cil, kebetulan aku tahu dimana Pak petani meletakan kunci rumah ini. Sebentar ya akan aku ambil kunci rumah itu!”
“Oke temanku yang baik, cepatnya aku tunggu lho!”
“Siiiip,
Bos!” Dengan hati gembira monyet pun akhirnya bergegas mencari kunci
yang diletakkan oleh Pak petani tersebut di suatu tempat di sekitar
rumah tersebut.
Akhirnya
ditemukanlah kunci yang dicari oleh monyet tersebut. Dan kemudian
dibukalah pintu rumah tersebut. Dan sebagaimana yang disepakati oleh
Monyet dan Kancil, mereka pun berganti tempat, Kancil berada di luar
rumah dan si monyet berada di dalam rumah.
Saat
mereka sudah berganti posisi, Kancil pun kemudian mengucapkan selamat
tinggal kepada monyet dan kemudian lari dan masuk ke dalam hutan.
Melihat kejadian itu, monyet pun hanya celingukan keheranan terhadap
tingkah laku aneh si Kancil tersebut. Pada saat Pak petani pulang ke
rumah, dia mendapati yang ada di dalam rumahnya adalah monyet bukan
Kancil. Mendapati hal seperti itu Pak petani pun tersenyum, karena
mengira si monyetlah yang melepaskan si Kancil dari pintu yang
dikuncinya tersebut. Pak petani berpikiran bahwa monyet peliharaannya
itu cukup cerdas karena dapat membuka pintu yang terkunci. Sambil
tersenyum petani itu pun memberikan sesisir pisang dan banyak buah dan
sayuran kepada monyet tersebut sebagai hadiah dari kecerdasan dari si
monyet tersebut.
0 Response to "Si Monyet dan Si Kancil"
Posting Komentar